Oleh : Falza Arifatul Tsania
Beranda Cerpen – Libur semester adalah hal paling di nanti oleh para siswa di dunia ini, termasuk juga SRI Safira Ranuminingsih Indah. Afi sangat menunggu hari ini karena dia dan teman temannyasudah merencakan berbagai hal yang akan mereka lakukan selama awal libur hingga akhirliburan semester ini. Tetapi semua itu sirna ketika orang tuanya mengatakan bahwa Afi harus menginap di rumah sang nenek selama liburan ini. Karena orang tua Afi adalah orang tua yang cukup otoriter jadi Afi tidak bisa membantah.
“Tapi kamu liburan kali ini gk ada mama papa sama kakak ya?”
Baca Juga:
“Hahhh, kok……kenapa mama papa sama kakak gak ikut?”
“Soalnya mama sama papa kepingin kamu bisa jadi anak yang mandiri”
“Kenapa harus di kampung maa,kan bisa Afi ditinggal sendirian aja di rumah”
“Gapapa biar kamu deket juga sama nenek sama kakek di kampung”
“Emang selama ini afi gak deket sama kakek sama nenek?”
“Udah ah fi banyak banget pertanyaannya, cepet siap siap sana besok kita berangka”
Afi pun akhirnya tiba di rumah kakek dan nenek di kampung.
“Buk maaf yaa kesannya jadi berasa nitipin Afi sama ibuk”
“Gapapa nduk, lagian nenek mana yang gak seneng kalau cucunya main ke rumah”
“Ya udah buk nitip Afi yaa, suruh aja dia sampe lemes juga gapapa, Afi suruh nanem di ladang juga boleh kok. Sebenarnya Afi pinter buk cuma banyak malesnya aja”
Setelah itu percakapan yang panjang dan mengharukan antara mertua dan menantu pun terjadi. Hingga matahari hampir tenggelam barulah percakapan itu selesai dan mama papa berpamitan pulang. Tidak lupa juga memberi banyak pesan kepada Afi.
“ Afii”
“Iya nek”
“Istirahat sana di kamar pasti capek perjalanan seharian, besok kita baru ke ladang”
“Iya nek”
Lagian nenek juga aneh aneh masak ke ladang malem malem mau cari apa memangnya? Mau berburu hantu kali ya?? Hih jadi serem ngebayanginya.
Matahari pagi pun mulai menampakan sinarnya yang malu malu dari timur. Kabut masih menyelimuti desa dan embun pun masih enggan meninggalakan dedaunan.
Tok tok tok
“Afii bangun nduk udah pagi”
“Iya nekkk”
Pagi hari di desa sudah sangat ramai seperti siang di kota, Afi tidak pernah membayangkan akan semalu ini dia bangun agak siang di desa
“Loh ini cucunya mbah lasmi”
Aku mengangguk sebagai jawaban
“Nduk Afi ayo ikut kakek keliling kampung. Eh mbak darmi”
“Eh mbah Lasmi, cucunya mbah”
“Iya putrinnya Sutris”
“Oalahhhh cantik mbah cucunya”
“Ya kalau gak cantik berarti bukan cucu saya mbak”
Lalu orang yang di panggil mbak Darmi itu pamit undur diri. Kakek pun mengajak Afi keliling kampung.
“Kek, kakek gak ke ladang?”
“Sudah pagi tadi”
“Kok aku gak tau kek??”
“Orang kamu aja masih ngiler di kasur”
“Kan bisa di bangunin”
“Iya iya besok di bangunin, ya udah ayo pulang”
“Loh kok bentar kek?”
“Kamu kan belum sarapan, bangun aja jam delapan
”Setelah itu Afi pun kembali ke rumah bersama sang kakek. Selama perjalanan kakek menceritakan bagaimana masa kecil sang papa yang di kenal oleh penduduk kampung sebagai anak yang tampan tapi mbeling.
“Mbeling?”
“Iyaa mbeling itu sebutan anak nakal kalau di sini”
“Berarti papa dulu nakal?”
“Yaaa kata orang orang sih gitu”
“Kok kakek gk bilang kalu papa naka?
”Kakek pun hanya memberi senyuman sebagai jawaban
“Udah sampek kamu sarapan sana lalu main sama anak anak,banyak kok yang seumuran sama kamu di sini
”Seumuran? Perasaan dari tadi Afi tidak melihat satu anak muda pun di kampung ini, apa jangan jangan kakek indigo? Hih kakek sama nenek kok lama lama nakutin ya?
“Kakek pergi ke dulu ya afi”
“Kemana kek? Afi mau ikut!”
“Gak usah ikut, kamu nemenin sama bantuin nenek aja di rumah
”Setelah itu kakek pergi ke tempat tujuan sedangkan Afi masuk kedalam rumah dan menemukan sang nenek sedang bersih bersih.
“Mau Afi bantuin nek?”
“Ehh nduk udah pulang, habis di ajak kemana sama kakek, trus kakek mu mana sekarang?
”Haduhhh nenek ini kalau mau nanya satu satu bisa gak sih? Kan jadi bingung mau jawab yang mana dulu
“Ndukkk di tanyain kok malah ngelamun di jawab tooo”
“Iya nekkk…tadi cuman liat kampung bentar soalnya Afi belum belum sarapan, habis itu kakek pamit katanya mau ke kantor desa ada urusan”
“Ealahhhh kakek mu itu alesan aja, di sana juga nggak ngapa-ngapain. Eh Afi kamu tadi bilang belum sarapan tohh? Lah kok bisa kakek mu ngajak cucunya yang belum sarapan ini keliling kampung. Ya sudah nduk sarapan sana habis itu bantuin nenek ya, kakek mu itu pamit ke kantor desa ya cuman mau main sama temennya
”Setelah sarapan Afi membantu sang nenek membersihkan rumah. Setelah selesai, merekamakan siang bersama tanpa sang kakek tentunya karena sang kakek biasanya baru pulang ketika sore hari
“Nek, katanya kakek di sini banyak anak yang seumuran sama aku”
“Iya nduk banyak kamu mau mainkan, ayo nenek anterin kamu ke rumah mbak Darmi anaknya itu seumuran sama kamu”
“Mbak Darmi”
“Eh mbah uti, wonten nopo mbah”
“Anaknya sampeyan dimana kok gak kelihatan”
“Oalah si Yuda lagi liburan di kota mbah, katanya Yuda masak saudara kota aja yang ke desasekali kali yang desa ke kota”
“Oalahh begitu ceritanya, terus anaknya Yayuk di rumah mbak?”
“Mbahh mbah nggak ada anak muda sekarang di desa, yang muda semua ke kota, jalan jalan”
“Yaudah kalau begitu terima kasih mbak Darmi”
“Iya mbah “
“Ya sudah Afi ayo pulang gak ada temenmu di desa mungkin seminggu lagi, kamu kalau mau ya liburan di sini saja sampai mau masuk”
“Hah? Yang bener aja nek aku kesini aja terpaksa atas permintaan mama sama papa kok nenek malah nyuruh aku disini sampai liburan selesai! Nenek seneng aku enggak!”
“Kamu itu sama orang tua kok teriak teriak gak di ajarin sopan santun apa sama orang tua mu”
“Kok nenek bawa bawa orang tua! Nenek sendiri aja ngurus papa gak bener sampai orang kampung semua kenal papa gara gara papa nakal, sekarang nenek malah ngehina anak sendiri di depan anaknya, emang nenek ibu macam apa?”
“Kamu itu kok gak ada sopan sopannya sama orang tua”
“Nenek aja gak sopan sama Afi kok mau Afi sopanin, mama sama papa ngajarin Afi kalau mau orang hormat sama kita ya kita hormatin dulu orangnya. Memang mama papa sama nenek gak ada yang sayang sama Afi
”Afi pun pergi meninggalkan sang nenek yang masih mencerna kejadian barusan. Afi berlari sekuat yang dia mampu entah berada di mana dia sekarang, yang Afi tau dia sedang berada di ladang yang di dekatnya terdapat tiang tiang yang begitu kokoh. Mungkin bekas saluran air batin Afi.
Setelah cukup lama, Afi ingin kembali pulang tetapi dia tidak tau jalan kembali Afi pun mengurungkan niatnya untuk beranjak pergi dan memilih untuk tetap tinggal.
Sampai terdengar suara teriakan paruh baya yang semakin keras memanggil manggil namanya“Afiii Afiii kamu di mana ndukkk”
“ Kakek?? Kakekkk Afi disini kekk di deket rumah yang cuma ada tiang sama atappp”
“Afii kamu disini to nduk ternyata
”sambil memeluk afi“
Kakek Afi takut kekk gak bisa pulang
”sahut afi sambil menangis di pelukan sang kakek
“Iya ndukk tenang ya, tapi kakek mau naya boleh?”
“Nanya apa kek memang?”
“Kamu kok tadi nyebut gubuk rumah yang cuma ada tiang sama atap?”
“Apaan sih kek Afi kan reflek aja ngomongnya
”jawab Afi
“Iya iya nduk tapi sekarang udah tau kan kalau namanya gubuk”
“Iya kek sudah tau”
“Tapi nduk kenapa kamu tiba tiba kabur? Kasian nenek mencari dari tadi siang”
“Salah nenek sendiri kalau ngomong gak mikir mikir dulu perasaan cucunya”
“Yaudah kalu begitu maafkan nenek ya, nenek juga sudah tua tidak tau sifatnya anak zaman sekarang semua di samakan kayak zamannya nenek dulu. Jadi nenek di maafkan??”
“Iya kek di maafkan
”Tiba tiba saja kakek bertanya lagi kepada afi
“Kamu tau ndak nduk itu tiang apa?”
“Tiang saluran air mungkin?”
“Iya tiang itu dulu buat saluran air di kampung sini. Tiang itu di buat pada saat penjajahan belanda, tiangnya di bangun oleh orang belanda untuk memudahkan mencari sumber air makanya di buat dua sekaligus.
Tapi namanya juga orang pribumi baru tau kemudahan, airnya langsung di gunakan untuk kebutuhan sehari hari dengan rakus.
Lama kelamaan airnya habis dan meninggalkan tiang tiangnya saja. Setelah itu warga kampung menamai desa ini sebagai desa talangkembar karena nama lain saluran air itu talang dan karena saluran itu ada dua sekaligus seperti kembar.”
“Ouhhh tapi kenapa kakek tiba tiba cerita”
“Karena kakek pengen kamu tau kalau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik seperti halnya talang ini, dulu talang ini adalah sumber kehidupan warga kampung namun karena warga pribumi berlebihan mengambil air disini, jadi lambat laun air di talang ini habis dan tidak menyisakan suatu apaun kecuali tiang tiang nya saja.
Sama seperti kamu tadi terlalu berlebihan mananggapi omongan nenek padahal siapa tau nenek hanya bercanda berbicara seperti itu”
“Jadi tadi afi terlalu berlebihan menanggapi nenek?”
“Menurut Afi?”
“Iya kek maafin Afi ya karena Afi nenek sama kakek dari siang sampai sore seperti ini nyariin Afi, maafin Afi ya kekk”
“Iya nduk gak apa apa lain kali jangan di ulangi lagi ya nduk”
“Iya kek makasih kakek sudah memberi tau Afi”*
*****
Falza Arifatul Tsania anak ke dua dari tiga bersaudara, lahir dari seorang ibu yang cantik dan bapak yang sangat tampan. Lahir di Kabupaten dengan julukan kota ledre tanggal 20 bulan keempat tahun di mana terdapat peristiwa meletusnya gunung merapi di perbatasan Jawa Tengah dah daerah Istimewa Yogyakarta. Tsania sangat menyukai segala hal yang berbau lucu dan imut serta tidak menyukai segala hal yang berbau rumit dan menyulitkan.